Pengenalan listrik sejak dini di lingkungan SD, sebagai sarana untuk menghemat listrik melalui pembentukan klub peduli energi kunang- kunang junior

Dalam rangka menunjang gerakan hemat listrik, maka diperlukan sosialisasi kepada berbagai pihak. Salah satu pihak yang perlu disosialisasikan mengenai gerakan hemat energi listrik adalah anak SD dengan harapan agar anak SD dapat mengerti tentang gerakan hemat listrik dan dapat mempraktekkan dalam kegiatan sehari-hari. Namun hingga saat ini belum ada bahan panduan bagi anak SD maupun sekolah dalam melaksanakan kegiatan hemat listrik. Untuk itu dibuatkan indikator dalam bentuk form untuk memudahkan Anak SD dalam pelaksanaan patroli energi.

Langkah-langkah dalam pembuatan indikator hingga implementasi di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut: mengadakan group discusion untuk menentukan data-data yang diperlukan, menetapkan target sekolah yang menjadi obyek penelitian, membuat pertanyaan untuk tahap sosialisasi serta form patroli energi, perilaku di rumah serta rekening listrik bulanan, melakukan survey ke sekolah, melaksanakan sosialisasi tentang KKJ (Kunang-kunang Junior), melakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, mengambil kesimpulan serta membuat saran.

Berdasarkan hasil analisa maka dapat disimpulkan bahwa :

Sosialisasi Gerakan Hemat Listrik dan Pembentukan Klub Peduli Energi: Kunang-Kunang, baik di tingkat pusat, regional maupun di Sekolah-Sekolah Dasar di lingkungan kerja operasional PLN Distribusi/Wilayah perlu dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hemat energi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisa dimana SD yang telah mendapatkan sosialisasi, tingkat kesadaran siswa dalam melaksanakan kegiatan hemat listrik di rumah lebih tinggi dibandingkan yang belum mendapatkan sosialisasi.

Orang tua, guru dan tim KKJ sangat berperan dalam menyampaikan pentingnya gerakan hemat listrik, selain itu film-film animasi dapat menjadi pendukung dalam penyampaian gerakan hemat listrik di lingkungan.

Form patroli energi dan form prilaku di rumah, dapat dipakai menjadi alat yang bisa digunakan oleh siswa SD dalam melaksanakan kegiatan hemat energi. Dan untuk mengukur apakah kegiatan patroli energi tersebut cukup efektif, maka ditambah form rekening listrik dan penambahan alat listrik sebagai kontrol keberhasilan kegiatan KKJ.

Dengan adanya hasil-hasil di atas, diharapkan agar pembentukan KKJ sebagai wadah bagi siswa dalam mempraktekkan kegiatan hemat listrik terus dikembangkan, sehingga kegiatan hemat listrik tetap terus berlangsung dan terbina sejak dini dalam masyarakat.

Penulis : Gunartati Budhi Purwandari, Prasada, ST, Mulyawati

No. Laporan : 13. LIT. 2010 Tanggal : 26 Juli 2010 Jml. Halaman : 35

Kajian opini publik mengenai subsidi listrik yang tepat sasaran dan tepat guna

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji isi materi Karya Tulis Ketenagalistrikan dari masyarakat, mendapat masukan berupa ide-ide dari masyarakat berkaitan dengan subsidi listrik untuk kepentingan perusahaan, serta menghasilkan rekomendasi bagi manajemen berkaitan dengan subsidi listrik.

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti mengkaji: Artikel Lomba Karya Tulis Ketenagalistrikan (LKT), pemberitaan di media online, hasil diskusi dan wawancara.

Hasil penelitian secara ringkas adalah sebagai berikut :

PLN memiliki dua sisi peran yang berorientasi profit dan sosial, persepsi terhadap dua sisi itu berpengaruh pada kinerja PLN;

Banyak upaya yang telah dilakukan PLN, namun penyediaan listrik belum merata di seluruh wilayah, karena itu diperlukan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang dilakukan oleh swasta terutama di luar Pulau Jawa, dan juga diperlukan inovasi pembangkit listrik energi alternatif;

Kebijakan pemerintah terhadap TDL pada dasarnya adalah kebijakan yang politis;

PLN diharapkan bisa mensosialisasikan perilaku hemat listrik melalui media massa dan pola penggunaan listrik oleh masyarakat harus diubah;

Hasil pengamatan media online antara bulan November 2009 sampai Maret 2010 menunjukkan media massa menekankan pemberitaan seputar isu pemadaman listrik dan kenaikan TDL;

Hasil penelitian Focus Group Discussion (FGD) adalah citra PLN yang kurang baik di mata masyarakat disebabkan oleh pemadaman listrik dan pelayanan yang kurang;

PLN diharapkan dapat meningkatkan penyediaan dan pelayanan listrik melalui swastanisasi dan penggunaan energi alternatif sebagai upaya mengurangi besarnya biaya penyediaan listrik.

Penulis : Gunartati Budhi Purwandari, Gong Matua Hasibuan, Harsutowo, Nuraini Aunidya C.

No. Laporan : 11. LIT. 2010 Tanggal : 19 Juli 2010 Jml. Halaman : 87

Perancangan dan instalasi sistim monitoring pembangkit listrk kombinasi energi terbarukan berbasis hidrogen

Pembangkit listrik kombinasi turbin angin, sel surya dan fuell cell merupakan suatu alternatif jenis pembangkit hybrid yang dikembangkan oleh Tim Pusat Penelitian Fisika LIPI. Fuell cell dengan kapasitas 1 kW yang dikombinasi dengan turbin angin 5 kW dan sel surya 1 kW dirancang untuk menyuplai daya listrik ke salah satu desa tertinggal di Propinsi Banten, yaitu di desa Telonjaya, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten.

Sehubungan dengan operasi instalasi tersebut, perlu dilakukan pengamatan terhadap kinerja hybrid plant sebagai satu sistem pembangkit serta masing-masing bagian pembangkit. Oleh sebab itu diperlukan instalasi monitoring pembangkit listrik kombinasi dari energi terbarukan tersebut. Setelah melalui perancangan sistem monitoring yang laporannya telah diterbitkan dengan Laporan Penelitian No.40.LIT.2008, maka selanjutnya direalisasikan instalasi sistem monitoring tersebut.

Dari hasil penelitian diperoleh sebuah instalasi monitoring hybrid plant yang dapat menampilkan parameter operasi pada setiap bagian sistem hibrid mulai dari turbin angin, sel surya, fuel cell, elektrolisis plant dan inverter pada tampilan logger atau dapat juga diketahui secara remote memakai komunikasi GSM melalui ponsel.

Kecepatan angin tertinggi yang pernah terekam yaitu pada 10 m/s terjadi pada bulan September 2009 dan pada bulan tersebut kecepatan anginnya cukup stabil pada kisaran 4 - 8 m/s. Pada bulan Desember 2009, kecepatan angin mulai turun. Jika dilihat dari kondisi yang sangat berfluktuatif dan lokasi PLTB yang di pinggir pantai, bisa disimpulkan bahwa PLTB di lokasi ini tidak bisa dijadikan sebagai pembangkit base load walaupun lokasinya sudah dipinggir pantai (karena sifat angin yang intermittent didaerah tropis).

Untuk PLTS terlihat bahwa titik tertinggi daya yang pernah di hasilkan oleh PLTS adalah pada bulan Desember 2009 (+ 600 Watt) dan titik terendah terjadi pada bulan Oktober 2009 (+ 25 Watt). Sedangkan pada bulan Agustus 2009 dayanya cukup stabil (+ 350 Watt) akan tetapi untuk bulan - bulan lainnya berfluktuatif.

Sedangkan untuk arah angin yang terjadi selama bulan Juli - Desember 2009 rata - rata menuju ke Tenggara (1200 - 1500). Bila dilihat dari posisi pembangkit maka angin lebih banyak bergerak dari darat menuju laut. Sedangkan pada bulan November dan Desember 2009, angin lebih banyak bergerak menuju selatan (1800) dan barat daya (2100 - 2400).

Pembangkit ini merupakan sistem pembangkit untuk penelitian dan bukan untuk komersial maka ujicoba terhadap pembangkit ini akan banyak dilakukan dan ini akan mempengaruhi data yang hendak diinginkan. Oleh sebab itu untuk mengetahui kinerja sistim monitoring ini tidak bisa dilakukan hanya dalam waktu singkat, paling tidak minimal 6 - 12 bulan masa monitoring tanpa adanya gangguan/perbaikan pada sistem pembangkit.

Penulis : Harry Indrawan, ST, Msc, Ir. Agus Yogianto, MT, Herry Nazir, BE

No. Laporan : 10. LIT. 2010 Tanggal : 28 Juni 2010 Jml. Halaman : 24

Pemakaian Electric Fuel Treatment (EFT) pada mesin diesel pembangkit Tahap 2

Unsur biaya terbesar dalam pengoperasian Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di PT PLN (Persero), adalah biaya bahan bakar minyak (BBM). Biaya bahan bakar semakin bertambah karena harga BBM yang sangat tinggi seperti sekarang ini, dan mesin mengalami penurunan daya mampu atau semakin boros. Salah satu kebijakan strategis PLN pada tahun 2006 adalah mengurangi biaya pemakaian BBM. Untuk itu segala kemungkinan penggunaan alat penghemat BBM untuk PLTD, perlu dilakukan.

PT PLN (Persero) Puslitbang Ketenagalistrikan, PT PLN (Persero) Pusat, dan PT PLN (Persero) Wilayah NTT, bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Unit Pengembangan Teknik - Balai Pengem-bangan Instrumentasi (UPT BPI - LIPI) Bandung, telah melakukan penelitian tentang penggunaan alat penghemat BBM jenis Electric Fuel Treatment (EFT) Tahap 2 di PLTD Atambua PLN Wilayah NTT, sebagai kelanjutan dari uji coba Tahap 1 di PLTD Koba, PLN Wilayah Bangka Belitung.

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah membandingkan konsumsi BBM saat dioperasikan pada beban 50%, 75% dan 100% pada satu unit mesin diesel yang sama, tanpa menggunakan EFT dan dengan menggunakan EFT, dalam kondisi operasi dengan disertai lama pengamatan (waktu) yang sama.

Hasil pengukuran SFC yang dilaksanakan di PLTD Atambua ini, yakni pada beban-beban : 200 kW (100% daya mampu), untuk pemakaian EFT tipe A dan tipe B terjadi kenaikan SFC sebesar 1,5%, sedangkan pada beban 150 kW (75%) dan 100 kW (50 %), terjadi penurunan SFC hingga 2,5% dan 3,6%, kecuali untuk EFT tipe A pada beban 50% terjadi kenaikan 4,9%. Hasil ini belum memenuhi kriteria karena belum mencapai angka yang telah disepakati yakni rata-rata penurunan konsumsi BBM hingga mencapai minimal 5%.

Penulis : Herry Nazir, BE, M. Agus Warsyun, ST, Sugiharto D, Satriyo Hadi M,ST

No. Laporan : 03. LIT. 2010 Tanggal : 15 April 2010 Jml. Halaman : 13

Studi Kelayakan PLTM Tarusan, Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat

Lingkup studi kelayakan PLTM Tarusan adalah mengevaluasi kelayakan PLTM di Sungai Tarusan, Kecamatan Koto XI Tarusan, Pesisir Selatan Sumbarditinjau dari aspek Teknik, Ekonomi dan pertimbangan lingkungan.

Untuk mendapatkan gambaran tingkat kelayakan PLTM tersebut dilakukan analisa ekonomi dan finansial dimana sebagai dasar perhitungan adalah rencana anggaran biaya (RAB) PLTM Tarusan. Perhitungan RAB didasarkan pada desain dasar & rencana scheme PLTM Tarusan dan ditunjang oleh data dasar yaitu : data/analisis Hidrologi dan data Geologi/Geoteknik.

Investigasi yang telah dilakukan dilokasi penyelidikan adalah, pengumpulan data hidrologi mutakhir untuk keperluan analisa hidrologi, pemetaan topografi, Investigasi geoteknik, pengumpulan data kelistrikan, sosial-lingkungan dan aspek terkait lainnya. Desain dasar (basic design) dipakai sebagai acuan perhitungan volume pekerjaan yang dengan mengalikan perhitungan harga satuan pekerjaan selanjutnya digunakan untuk penyusunan RAB.

Biaya investasi PLTM Tarusan (Pekerjaan Sipil dan Elektro Mekanik) adalah :

Alternatif-1 dengan debit 8 m3/detik adalah sebesar Rp. 76,339,070,000.00,- sedangkan Alternatif-2 dengan debit 5 m3/detik adalah sebesar Rp.66,456,100,000.00 termasuk pajak, pekerjaan Jaringan, pembebasan tanah, biaya Jasa Perencanaan, Pengawasan, Manajemen dll

Data Hasil study kelayakan PLTM Tarusan pada kondisi base case adalah sebagai berikut :

PLTM Debit Head Daya IRR Pengembalian Tarif

(m3/s) (m) (kW) Project (%) (Th) (Rp/kWh)


Tarusan 5 44,7 2.000 18,55 7 th 0 bl 750

Tarusan 8 44,7 3.200 12,81 9 th 4 bl 750

Direkomendasikan untuk dilanjutkan ketahap desain detail dan disarankan agar memasang pengamatan muka air sungai dan mencatat selama minimum 6 bulan untuk keperluan evaluasi dari hasil analisis Hidrologi.

Penulis : Ir. Priyono Maskur, Dipl. HE, Ir. Donny Darmayanto, Ir. Hanggoro, SE, Ir. Tonny Sarief, MT, Herry Nazir, BE, Anwar Rusmana, ST

No. Laporan : 02. LIT. 2010 Tanggal : 17 Maret 2010 Jml Halaman : 183

Pedoman Penerapan Scheme Logic untuk relai numerik

Perubahan relai proteksi dari sistem analog ke sistem digital, menyebabkan cara penyetelan pada relai mengalami perubahan. Setelan dasar (default setting) skema logika (logic scheme) pada relai jarak numerik pada saat dibeli berbeda-beda, ada yang telah dibuat oleh pabrikan dan ada juga yang belum. Untuk relai jarak numerik yang skema logikanya telah dibuat oleh pabrikan, penyetelan relai di lapangan tidak banyak menimbulkan kesulitan. Sedangkan untuk relai jarak numerik yang skema logikanya belum dibuat oleh pabrikan, penyetelan di lapangan sering menimbulkan permasalahan, hal ini disebabkan oleh tingkat pemahaman terhadap sistem proteksi yang berbeda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyeragamkan skema logika relai jarak numerik di jaringan 150 kV PLN. Metoda penelitian dilakukan dengan dua cara, yaitu studi literatur dan studi lapangan. Untuk studi lapangan dipilih beberapa gardu induk 150 kV yang menggunakan relai jarak numerik (digital), yang terpasang di wilayah kerja PLN P3BJB Region Jateng & DIY, Region Jabar, dan Region Jakarta & Banten.
Hasil studi penerapan skema logika relai jarak numerik ditampilkan dalam bentuk tabel yang berisi fungsi elemen utama, fungsi elemen tambahan, dan fungsi elemen yang tidak boleh diaktifkan.

Pedoman Penerapan Skema Logika ini diharapkan dapat digunakan sebagai standar dalam penerapan skema logika relai jarak numerik sebagai proteksi penghantar 150 kV, dimasa yang akan datang. 

Penulis       : Ir. Armaini,   Didik F. Dahlan, ST, Msc,   Handy Wihartady, ST, Msc,   Eko  Aptono, ST,   Antonius Budiono,    Joko Hartono, ST
No. Laporan  : 26. LIT. 2010    Tanggal : 20 Desember 2010      Jml. Halaman : 93


Analisis Arus Induksi Geomagnetik dan aplikasinya

Badai geomagnetik telah menimbulkan masalah di jaringan tenaga listrik pada  sejumlah negara yang berdekatan dengan kutub magnet bumi, seperti di Amerika Utara dan Eropa Utara. Sebuah penelitian di Vietnam tahun 2008 melaporkan bahwa arus induksi geomagnetik (GIC) juga teramati pada jaringan tenaga listrik 500kV di Vietnam yang letaknya jauh dari kutub magnet bumi. Pada  tahun 2012-2013, diperkirakan aktifitas matahari kembali memasuki periode puncak, yang dapat menimbulkan badai geomagnetik.
Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, LAPAN bekerja sama dengan PLN melakukan kajian Pengaruh Badai Geomagnetik terhadap jaringan listrik. Hasil kajian ini diharapkan dapat memprediksi tingkat GIC yang mungkin terjadi, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah antisipasi.
Laporan ini merupakan bagian awal dari studi tersebut dan meliputi kajian literatur, analisis korelasi data kerusakan transformator di PLN dengan data fluktuasi medan geomagnet, simulasi GIC di Transformator IBT 500/150kV, dan persiapan rencana pengukuran GIC. Pengukuran dan analisis GIC di jaringan PLN akan dilaksanakan pada kajian tahap berkutnya.
Hasil yang telah diperoleh pada kajian ini antara lain adalah:
  • Menurut literatur, arus induksi geomagnet akan menimbulkan kejenuhan pada transformator. Dampaknya, antara lain adalah derating transformator tenaga, meningkatnya pemanasan dan konsumsi VAR, serta salah kerja relai proteksi.
  • Berdasarkan analisis data fluktuasi geomagnet dari LAPAN dengan data kerusakan trafo tenaga PLN pada periode 2002 s/d 2009, belum terbukti adanya korelasi antara kerusakan trafo PLN dengan kejadian badai geomagnet.
  • Menurut simulasi, distorsi arus pada Transformator dipengaruhi oleh polaritas arus induksi geomagnet dan juga beban Transformator. Simulasi juga menunjukkan bahwa arus netral pada konduktor pembumian mengandung arus harmonik urutan nol.
Telah dibuat rencana pengukuran GIC  di instalasi PLN untuk persiapan kajian tahap berikutnya.

Penulis           : Ir. Anang Mawardi, MT,  Ir. Riam A. Wibowo,  Wahyudi, M.Eng,  Hendrik Maryono, ST
No. Laporan    : 28. LIT. 2010    Tanggal : 23 Desember 2010    Jml. Halaman : 39

Studi Peningkatan Kinerja Under Frequency Relay (UFR)


Pemulihan frekuensi yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan sistem akibat gangguan yang menyebabkan berkurangnya suplai daya secara tiba-tiba merupakan tujuan utama pengoperasian Under Frequency Relay (UFR). Pada kenyataannya sering kali terjadi bekerjanya UFR tidak dibarengi oleh pulihnya frekuensi ke kondisi normal 50 Hz karena besarnya beban yang dilepas di tiap penyulang tidak sesuai dengan target yang diinginkan.

Dari analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kinerja UFR terpasang adalah sebagai berikut :
  • Untuk Sistem Jawa Bali memiliki kinerja target pelepasan penyulang rata-rata sekitar.........
  • ...............
  • ..........
(untuk sementara belum dapat ditampilkan secara utuh guna melindungi Hak Kekayaan Intelektual. Silakan menghubungi PLN PUSLITBANG)


Penulis           : Wahyudi, M.T.,   Didik F. Dahlan, MSc,    Handy Wihartady, MSc,

No. Laporan : 23. LIT. 2010   Tanggal : 2 Desember 2010      Jml. Halaman : 36

Survai Tingkat Harmonisa Sistem Distribusi Jabar & Banten


Laporan ini memaparkan tentang kondisi tingkat harmonisa di sistem PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. Laporan ini terdiri atas studi literatur dan hasil survei untuk berbagai tipe beban dan di beberapa jenis industri.
Kajian Literatur membahas mengenai fenomena harmonisa, pengaruh pada sistem distibusi, sumber-sumber penghasil harmonisa, standar dan recommended practice batasan nilai harmonisa dari IEEE maupun IEC.
Pengukuran tingkat harmonisa dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan tingkat harmonisa di sistem distribusi untuk berbagai tipe beban dan membandingkannya dengan standar harmonisa yang ada.
Metoda pengukuran harmonisa dilakukan  dengan pengukuran arus dan tegangan harmonisa pada pelanggan tegangan tinggi 150 KV, 70 KV, tegangan menengah 20 KV dan gardu distribusi tegangan rendah.
Disamping Tujuan tersebut diatas juga atas masukan dari PLN Distribusi Jabar dan Banten dilakukan:

  • Pembandingan tingkat akurasi pengukuran KWH meter AMR terhadap peralatan Power Quality Topaz 1000 untuk beban dengan harmonisa.
  • Pengukuran harmonisa trafo distribusi dan menghitung pembebanan maksimum untuk spektrum harmonisa tersebut.
Dari hasil pengukuran berbagai jenis/tipe beban, tipe beban arc furnace memiliki polusi harmonisa arus yang tertinggi, bahkan untuk harmonisa tegangan pada pelanggan Toyogiri  melebihi standar.
Kondisi harmonisa arus THDi pada gardu distribusi yang diukur semuanya berada diatas 5% , sedangkan sebanyak 70% memiliki THDi  lebih dari 10%. Untuk Harmonisa Arus persyaratan yang digunakan bukan THD melainkan TDD (total Demand Distortion). Nilai TDD yang melebihi standar terjadi pada PT . Toyogiri sebesar 9 % dan PT. Gunung Garuda sebesar 5 %, nilai batas menurut standar IEEE 519-1992 pada Isc/IL 20 s/d 50 adalah 4 % untuk tegangan > 60 kV s/d 161 kV dan 8% untuk tegangan 120 s/d 69 kV 



Penulis         : Ir. Anang Mawardi, MT,   Ir. Pranyoto,   Muhammad Firmansyah, Msc,  Dedy Sunarto,   Achmad Syerif Habibie, ST
No. Laporan  : 17. LIT. 2010    Tanggal : 1 November 2010    Jml. Halaman : 44 

Studi Pemulihan Frekuensi Sistem Tenaga Listrik Kalselteng

Studi Pemulihan Frekuensi Sistem Tenaga Listrik Kalselteng bertujuan untuk mengetahui perilaku ketahanan sistem terhadap gangguan kehilangan pembangkit secara tiba-tiba atau lepasnya saluran interkoneksi.
Studi ini dilakukan dengan cara simulasi menggunakan perangkat lunak PSS/E (Power System Simulator for Engineering) Versi 30 buatan PTI-Siemens. Acuan yang digunakan adalah data RUPTL Sistem Kalselteng tahun 2010 – 2019, yaitu tahun 2012 dengan kondisi waktu beban puncak sebesar 474,9 MW dan waktu beban rendah sebesar 361,4 MW.
Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ø   Hasil analisis aliran daya pada waktu beban puncak (WBP) menunjukkan bahwa terdapat busbar 70 kV dengan tegangan yang lebih rendah dari 0,95 pu, yaitu sebesar 0,9388 pu atau 65,716 kV. Sedangkan pada waktu beban rendah (WBR) sebesar 0,9488 pu atau 66,419 kV. Adapun saluran transmisi dan trafo tenaga tidak ada yang melebihi kapasitas yang diijinkan.
Ø   Hasil analisis studi pemulihan frekuensi :
·    Bila unit pembangkit terbesar PLTU Asam-asam (3 x 65 MW) trip pada kondisi Waktu Beban Puncak (WBP), maka Sistem Kalselteng tidak stabil, tanpa terjadi Load Shedding. Sedangkan pada Waktu Beban Rendah (WBR) Sistem Kalselteng tetap stabil dengan Load Shedding sampai tahap ke-3.
·    Bila saluran interkoneksi antara GI Asam-asam dengan GI Cempaka dan GI Mantuil trip, baik pada kondisi Waktu Beban Puncak (WBP) maupun Waktu Beban Rendah (WBR), maka Subsistem Barito terjadi over speed di PLTU Asam-asam. Sedangkan subsistem Palangkaraya tetap stabil dengan Load Shedding sampai tahap ke-4 untuk WBR.
·    Bila saluran interkoneksi antara GI Cempaka – GI Barikin  trip, maka subsistem Benua Lima tidak stabil (tidak konvergen). Sedangkan subsistem Barito tetap stabil.
Ø   Untuk meningkatkan keandalan sistem Kalselteng disarankan :
·   Penambahan kapasitas transformator di GI Cempaka, GI Tanjung dan GI Trisakti 
-  Penambahan pembangkit baru yang akan datang, ditempatkan di daerah Benua Lima.  

Penulis : Wahyudi, ST, M.Eng,  Ir. Anang Mawardi, MT,  Eko aptono, ST,  Ir. Agus Yogianto, MT
No. Laporan : 29. LIT. 2010 Tanggal : 27 Desember 2010 Jml. Halaman : 20

Kaji Ulang Koordinasi Isolasi Sistem 500 kV – Evaluasi perlunya LA di pintu masuk GITET

Laporan ini menyampaikan hasil kaji ulang mengenai koordinasi isolasi GITET 500 kV di Jawa dengan studi kasus GITET 500 kV Pedan. Di GITET 500 kV Pedan terdapat dua tingkat BIL peralatan, 1800 kV dan 1550 kV, sehingga perlu dikaji ulang apakah proteksi tegangan lebih yang dipasang sudah mencukupi atau justru berlebihan.
Kajian dilaksanakan melalui studi literatur, survai lapangan dan simulasi perhitungan. Studi literatur banyak mengupas mengenai studi yang pernah dilakukan oleh MM (Merz and McLellan), konsultan yang pertama-kali mendesain sistem 500 kV Jawa. Survai lapangan dilakukan ke GITET 500 kV Pedan. Dan Simulasi perhitungan juga mengambil studi kasus koordinasi isolasi GITET 500 kV Pedan.
Dari kajian literatur dan survai lapangan diketahui bahwa gangguan atau kerusakan peralatan akibat kegagalan koordinasi isolasi di Sistem 500 kV belum dijumpai. Di GITET Pedan yang menjadi obyek studi kasus dilaporkan belum pernah terjadi kegagalan isolasi dalam kaitannya dengan tegangan surja petir. Sedangkan di GITET Muara Tawar memang dilaporkan adanya lima buah CT yang telah mengalami kegagalan isolasi. Namun dari hasil investigasi menunjukan bahwa kerusakan ini ternyata disebabkan mutu barang yang tidak baik, bukan masalah koordinasi isolasi.
Hasil studi simulasi menunjukan bahwa keberadaan arester CB 7A1 (LA1 dan LA2) dan arester rel A (LA5) dan rel B (LA6) sangat diperlukan. Dengan meniadakan salah satu dari arester ini akan menimbulkan tegangan surja yang berbahaya, melampaui BIL 1800 kV, pada rel dan CVT saluran transmisi Ungaran.
Pada kondisi arester lengkap seperti terpasang saat ini, meskipun tegangan surja yang terjadi di dalam GITET dapat ditekan pada tingkat aman, di bawah BIL 1550 kV ataupun 1800 kV, namun pada kondisi ini masih diperoleh kondisi yang tidak aman untuk CVT saluran transmisi Ungaran, karena tegangan surja yang terjadi di terminal peralatan ini dapat melampaui BIL 1800 kV. Hasil simulasi untuk kondisi sirkit GITET lengkap diperoleh tegangan surja di terminal CVT sebesar 1964 kV. Dengan mencoba dipasang arester di titik ini, hasilnya dapat menekan terjadinya tegangan surja hingga tinggal 1557 kV, jauh di bawah BIL 1800 kV.
Dengan demikian untuk lebih meningkatkan kehandalan GITET 500 kV Pedan, disarankan untuk memasang arester di pintu masuk GITET dari saluran transmisi Ungaran.
Penulis           : Ir. Pranyoto,   Ir. Edy Iskanto,   Didik F. Dahlan, Msc,   Nurul Fauziah, S.T 
No. Laporan   : 22. LIT. 2010    Tanggal : 1 Desember 2010        Jml. Halaman : 47