Studi Pemanfaatan Arus urutan negatif untuk proteksi Transformator tenaga

Beberapa studi mengemukakan bahwa, relai diferensial kurang sensitif untuk gangguan antar lilitan (turn-to-turn faults) dan gangguan fasa tanah yang terjadi dekat titik bintang. Kajian ini bertujuan mempelajari kemungkinan pemanfaatan relai differensial yang bekerja berdasarkan arus urutan negatif untuk proteksi Transformator tenaga, khususnya Transformator tenaga IBT 500/150kV sebagai alternatif dari sistem proteksi yang telah ada.
Analisis dilakukan melalui simulasi memakai program ATP DRAW dan PSCAD/EMTDC dengan membandingkan kinerja relai differensial biasa dengan relai differensial yang bekerja berdasarkan arus urutan negatif. Gangguan yang disimulasikan adalah gangguan antar lilitan (turn-to-turn faults), dan gangguan fasa tanah dekat titik bintang.  Gangguan eksternal juga disimulasi untuk menguji kestabilan relai. Simulasi juga memperhitungkan kesalahan (error) rasio Trafo arus dan OLTC.
Menurut hasil simulasi, relai differensial urutan negatif lebih sensitif dari pada relai differensial biasa, apabila tidak ada kesalahan rasio. Jika ada kesalahan rasio, relai differensial urutan negatif dapat menjadi tidak stabil dan tidak sensitif.
Dalam kajian ini juga dipelajari upaya mengatasi masalah ketidakstabilan yang disebabkan oleh kesalahan rasio dengan cara menambahkan waktu tunda, tetapi menurut simulasi, waktu tunda belum sepenuhnya dapat memperbaiki kestabilan relai. Karena itu, instalasi proteksi relai differensial urutan negatif sebaiknya memakai trafo arus dengan kelas kesalahan yang rendah. Selain itu, sebelum dapat dijadikan sebagai proteksi Transformator tenaga di PLN, relai differensial urutan negatif sebaiknya melalui uji coba dan pemantauan di lapangan

Penulis      : Ir. Riam A. Wibowo,  Didik F. Dahlan, Msc,  Nurul Fauziah, ST,  Handy Wihartady, Msc.
No. Laporan :  16. LIT. 2010     Tanggal : 01 November 2010    Jml. Halaman : 49 

Rancang Bangun Turbin Pikohidro dengan bahan komposit

Teknologi pembangkit listrik energi terbarukan yang saat ini paling berkembang di Indonesia yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Teknologi ini telah terbukti handal dan banyak digunakan untuk penyediaan listrik di perdesaan terpencil. Meskipun demikian, PLTMH menemui beberapa kendala baik dari sisi suplai (ketersediaan sumber daya air) maupun dari sisi kebutuhan. Mempertimbangkan hal tersebut di atas maka perlu dikembangkan sistem pembangkit tenaga air skala sangat kecil (pikohidro) yang memanfaatkan potensi tenaga air low-head dengan teknologi dan rancang bangun yang memungkinkan untuk kemandirian dalam pembuatan, pemasangan dan perawatan.

Prototipe turbin pikohidro dikembangkan untuk mendapatkan turbin yang dapat menghasilkan daya terbangkit 0,5 - 1 kW pada head antara 1,2 - 2 meter. Mempertimbangkan aplikasinya pada head rendah maka jenis turbin yang dipilih pertamakali untuk dikembangkan yaitu jenis propeler open-flume. Namun berdasarkan informasi lisan dari berbagai sumber, diperoleh kesimpulan bahwa pemasangan turbin ini membutuhkan konstruksi sipil yang umumnya lebih rumit (dibandingkan dengan cross-flow) dan sulit untuk dikerjakan sendiri oleh masyarakat. Oleh karena itu pilihan diarahkan pada tipe tubular yang penerapannya membutuhkan konstruksi sipil yang relatif sederhana. Penggunaan bahan komposit dipilih dengan alasan memiliki potensi keunggulan dari berbagai aspek.

Pengembangan generator diarahkan untuk mendapatkan generator yang dapat bekerja pada rentang putaran yang dihasilkan oleh turbin tanpa speed increaser. Generator diharapkan dapat dibuat menggunakan produk-produk massal yang tersedia di pasaran. Penggunaan generator asinkron (generator induksi) sebagai pembangkit listrik pada Pembangkit Listrik Piko maupun Mikrohidro (PLTMH) dengan kapasitas yang kecil lebih handal dibandingkan bila menggunakan generator sinkron.

Pengujian dilakukan pada berbagai head dan konfigurasi pemasangan sistim aliran pada turbin. Untuk mengukur keluarandaya listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin, generator jenis induksi yang telah dimodifikasi dihubungkan dengan turbin melalui sistem transmisi sabuk, karena generator induksi membutuhkan putaran minimum 600 rpm . Pada pengujian generator tiga-fasa, generator bekerja pada pembebanan dengan tiga buah lampu mencapai 370 watt (alternatif 1) dan 550 watt (alternatif 2), dengan tegangan terendah 200 V/ fasa akan tetapi untuk mengetahui keandalannya masih diperlukan pengujian yang lebih komprehensif.

Penulis: Harry Indrawan, ST, MSc, Ir. Tonny Sarief, MT, Amin Sugeng, MM

No. Laporan: 08. LIT. 2010 Tanggal: 12 Mei 2010 Jml. Halaman: 38


Studi Asesmen Kondisi Kabel 20 kV

Semakin meningkatnya penggunaan sistem kabel dalam distribusi tenaga listrik di daerah perkotaan menyebabkan kebutuhan akan sistem kabel yang handal juga meningkat. Untuk menjamin kehandalan sistem kabel tersebut maka diperlukan suatu sistem diagnostik kondisi kabel yang dapat mengakses kondisi kabel di lapangan. Partial Discharge (PD) dan Tan Delta (TD) merupakan dua buah parameter yang dapat diukur pada saat mendiagnostik kondisi kabel di lapangan. Berdasarkan pengukuran kedua parameter tersebut maka kondisi kabel dapat ditentukan apakah kabel dalam keadaan baik, perlu perhatian atau buruk.
Pada laporan penelitian ini dijelaskan tentang metode pengukuran PD dan TD pada sistem kabel di lapangan. Pengukuran PD pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber tegangan Damped AC (DAC) yang diaplikasikan dalam teknologi Oscillating Wave Test System (OWTS). Sedangkan pengukuran TD pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber tegangan dengan teknologi tegangan Very Low Frequency (VLF). Selain itu dijelaskan pula mengenai metode analisa menggunakan data-data yang didapatkan dari hasil pengukuran PD dan TD tersebut. Selanjutnya sebuah skema asesmen kabel diusulkan agar dapat menjadi pedoman dalam pemeliharaan sistem kabel berdasarkan Condition Based Maintenance (CBM)

Penulis      : Buyung Sofiarto Munir, Msc,  Elpis Sinambela, Msc,  Satyagraha Abdul Kadir, S.T, Nurul Fauziah, S.T,  Haryo Lukito, S.T, M.T
No. Laporan : 15. LIT. 2010      Tanggal : 27 September 2010      Jml. Halaman: 78

Karakteristik BBM Marine Fuel Oil (MFO) dan dampak penggunaannya pada operasi PLTD

Berdasarkan data sampai dengan tahun 2007 pemakaian bahan bakar MFO untuk pembangkit diesel adalah 414.409. kilo liter yang tersebar di 8 Wilayah kerja PLN. MFO ini disuplai dari kilang minyak yang berasal dari UP-2 Dumai, UP-3 Plaju dan UP-4 Cilacap, dimana minyak mentahnya berasal dari Timur Tengah atau Indonesia. MFO yang dihasilkan tersebut tidak mempunyai spesifikasi dan karakteristik yang sama sehingga akan mempengaruhi karakteristik pembakaran pada mesin mesin pembangkit khususnya diesel.

Penelitian ini diawali dengan kajian literatur, investigasi dan pengamatan di lapangan, pengujian laboratorium, pemeriksaan secara visual terhadap fuel nozzle, cylinder head/liner, exhaust dan turbo charger danpengujian kompoisi kimia deposit. Minyak heavy fuel oil yaitu Marine Fuel Oil (MFO) memiliki karakteristik viskositas, kandungan sulfur dan kandungan logam, sedimen, kandungan abu dan CCR cukup tinggi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji pemakaian MFO terhadap kinerja teknis PLTD dan masalah-masalah yang terjadi.

PLTD yang menggunakan BBM MFO mengalami dampak terhadap, Ruang bakar dan Fuel Nozzle cepat kotor, Viskositas saat pembakaran yang tidak tercapai, Penurunan daya mampu karena panasnya mesin, Pompa injektor sering tersendat, Korosi pada Exhaust system dan turbo charger, Valve seat cepat rusak, Fuel rack dan nozzle sering tersumbat, Getaran dan tingkat kebisingan lebih besar dan Emisi gas buang lebih buruk.

Penulis : Agus Endang, Ferry Nugraha, MM, S. Budi Mulyana, ST, Yusuf Rasyid, ST, Matalih

No. Laporan : 24. LIT. 2010 Tanggal : 10 Desember 2010 Jml. Halaman : 35

Studi Kelayakan PLTM Bayang, Kecamatan Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat

Lingkup studi kelayakan PLTM Batang Bayang adalah mengevaluasi kelayakan PLTM Bayang, kecamatan Bayang Utara, Pesisir Selatan Sumbar di tinjau dari aspek teknik, Ekonomi dan pertimbangan lingkungan.
Untuk mendapatkan data dasar guna keperluan disain dasar (basic design) dilakukan investigasi dilokasi, berupa pengumpulan data mutakhir, analisa hidrologi, topografi-geologi, kelistrikan, sosial-lingkungan dan aspek terkait lainnya. Kemudian disusun disain dasar (basic design), yang menjadi dasar penyusunan rencana biaya PLTM (RAB). Berdasarkan rencana scheme PLTM, desain dasar dan RAB, selanjutnya dilakukan analisa ekonomi dan finansial, sehingga didapatkan gambaran tingkat kelayakan PLTM dimaksud.Biaya investasi PLTM Bayang (Pekerjaan Sipil dan Elektro Mekanik) adalah sebesar Rp 95.866.800.000,- termasuk pajak, pekerjaan jaringan, pembebasan tanah, biaya Jasa Perencanaan, Pengawasan, Manajemen, dll.
Dari studi kelayakan PLTM Batang Bayang pada kondisi base case diperoleh hasil sebagai berikut : Debit 9 m3/det, Heat 61 m, Daya 4500 kW, IRR Proyek 15%, Pengembalian 7 tahun, dan Tarip Rp. 650,- per kWH.
Direkomendasikan untuk dilanjutkan ketahap detail desain dan disarankan agar memasang pengamatan muka air sungai dan mencatat selama minimum 6 bulan untuk keperluan evaluasi dari hasil analisis Hidrologi.

Penulis : Ir. Priyono Maskur, Dipl. HE,  Ir. Donny Darmayanto,  Ir. Hanggoro, SE,  Ir. Tonny Sarief, MT, Herry Nazir, BE,  Anwar Rusmana, ST
No. Laporan : 01. LIT. 2010 Tanggal : 18 Januari 2010 Jml. Halaman : 192

Kajian Kerusakan transformator tenaga 150/20 kV di Jawa Tengah

Laporan ini berisi kajian tentang kerusakan Transformator 150/20 kV dengan pembumian langsung yang dimulai dengan review laporan kerusakan Transformator tersebut dari Unit PLN RJTD (Region Jawa Tengah dan DIY). Kemudian Transformator yang rusak tersebut dibawa kembali ke pabrik, dibuka (untanking) untuk dlakukan pemeriksaan dan verifikasi. Selanjutnya hasil investigasi awal yang berupa hasil SFRA, uji ratio, tahanan isolasi, dan indikasi Relai yang dilakukan PLN RJTD dibandingkan dengan hasil pemeriksaan fisik kerusakan Transformator di Pabrik.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kerusakan terjadi pada belitan tersier karena penyangga (support) belitan tersier tidak sesuai dengan desain. Selain itu hasil pemeriksaan di Pabrik menunjukkan bahwa hasil dari pengukuran investigasi awal tidak sesuai dengan kerusakan yang ditemukan di Pabrik.
Laporan ini juga dilengkapi dengan kajian literatur tentang karakteristik transformator 3 fasa dengan 3 belitan (yaitu primer, sekunder dan tersier), sistem pembumian neutral transformator (perbandingan arus gangguan dengan pembumian solid ataupun menggunakan NGR), dan kapasitas MVA di sisi tersier.

Penulis         : Ir. Edy Iskanto,  Ir. Riam A. Wibowo,  Didik F. Dakhlan, Msc,   Buyung S. Munir, Msc
No. Laporan  : 14. LIT. 2010      Tanggal : 26 Agustus 2010      Jml. Halaman : 19

Pemodelan dan simulasi pembangkit listrik tenaga gelombang laut sistem Bandulan (PLTGL-SB) Tahap 1

INDONESIA sebagai negara kepulauan memiliki + 17.508 pulau dengan panjang garis pantai + 81.290 km, artinya Indonesia memiliki potensi energi laut yang sangat besar khususnya gelombang laut. Jika diasumsikan 10% dari seluruh potensi panjang garis pantai tersebut layak dimanfaatkan untuk energi pembangkit listrik, maka didapat DAYA LISTRIK + 61 GW (Giga Watt). Faktor lain yang mendukung pengembangan energi gelombang laut untuk pembangkit listrik adalah pengurangan produksi minyak mentah domestik secara drastis, tuntutan lingkungan terhadap emisi gas rumah kaca dari pembangkit listrik dan kondisi geografis indonesia.
PT PLN (Persero) Litbang Ketenagalistrikan, bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Fakultas Kelautan & Perkapalan Surabaya, telah melakukan pembuatan Pemodelan dan Simulasi PLTGL-SB di Fakultas Kelautan & Perkapalan ITS Surabaya, untuk studi awal pemodelan PLTGL-SB, guna dapat menentukan model dan disain yang optimal pada bandul poros vertikal dan horizontal.
Studi pemodelan dan simulasi ini dikerjakan dalam dua tahap. Pada tahap 1 ini dilakukan pemodelan dan simulasi untuk gelombang dan ponton. Sedangkan pada tahap 2 terhadap bandul. Metodologi yang dilakukan untuk pemodelan dan simulasi terdiri dari melakukan survey, merancang simulasi, simulasi dan menganalisa hasil simulasi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ponton dengan profil 45 derajat dengan sarat air 1 meter dan ukuran 4x8 meter (LxB) memiliki nilai momen My dan kecepatan sudut ωy yang paling besar.
Penulis : Zamrisyaf SY, Ir. Agus Yogianto, MT, Herry Nazir, BE, Tiva Winahyu,ST.
No. Laporan : 04. LIT. 2010 Tanggal : 26 April 2010 Jml. Halaman : 59

Profil Kesehatan Ibu Hamil dan Janin yang terpajan medan Listrik dan Medan Magnet dari SUTT dan SUTET

Penulis           : Tim PLN Puslitbang, Tim Depkes
No. Laporan  : 12. LIT. 2010          Tanggal : 01 Juli 2010         Jml. Halaman : 11

Abstrak  :

(Untuk sementara belum dapat ditampilkan. Silakan menghubungi PLN Puslitbang)

Uji Coba Pengujian Pembusuran (Power Arc)

Laporan penelitian ini menyampaikan hasil studi tentang uji coba pengujian pembusuran (power arc) pada insulator tegangan menengah 20 kV. Sesuai Term Of Reference (TOR) No.15/LIT/BTND/2009 maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah fasilitas Laboratorium Hubung Singkat Duri Kosambi dapat dipergunakan untuk pengujian power arc, mendapatkan pengalaman bagi SDM PLN LITBANG dalam pengujian power arc dan mengetahui ketahanan pembusuran pada insulator 20kV. Adapun studi yang dilaksanakan melalui kajian literatur, pengujian laboratorium dan diskusi.
Kajian literatur dilakukan dengan menggali informasi dari bahan-bahan literatur berupa buku dan makalah ilmiah tentang pengujian pembusuran (Power Arc), terutama pada insulator. Pengujian laboratorium dengan membuat rancang bangun percobaan power arc pada kondisi tegangan rendah (400 V) dan tegangan menegah (20 kV).  Hal ini untuk mengetahui fenomena apa saja yang terjadi pada power arc pada kondisi tegangan yang berbeda sekaligus untuk mengetahui kemampuan Laboratorium Hubung singkat Duri Kosambi pada pengujian power arc.  Diskusi dilakukan untuk memastikan langkah-langkah dalam penelitian ini dan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengujian yang dilakukan.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa laboratorium Hubung singkat Duri Kosambi mampu melakukan pengujian power arc pada kondisi tegangan rendah (400 V) dan tegangan menegah (20 kV), namun Laboratorium tersebut tidak dapat melakukan pengujian power arc seperti  yang tertuang di dalam IEC 61467, 2008 karena keterbatasan peralatan. Untuk hasil percobaan power arc kondisi tegangan rendah (400 V) dapat diketahui factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya power arc. Sedangkan hasil percobaan power arc kondisi tegangan menegah (20 kV) dapat diketahui factor-faktor pemicu terjadinya power arc. Dan berdasarkan metode pengujian power arc tegangan menegah (20 kV) menggunakan fusible wire 0,1 mm ternyata bahwa tidak ada satupun sample insulator line post 20 kV yang di uji tahan terhadap pengujian power arc 20 kV, 1 kA selama 1500 ms.  Serta Berdasarkan pengujian power arc dengan konduktor dan fusible wire di pasang di atas atau di tengah insulator tetap menimbulkan kerusakan pada insulator.
Penelitian lebih mendalam tentang pengaruh power arc terhadap insulator 20 kV masih dapat dikembangkan lebih luas lagi, sebagai contoh adalah penelitian untuk mengetahui kekuatan elektris dari insulator tersebut setelah mengalami power arc.

Penulis   : Imam Ahmadi, ST, MEE, Haryo Lukito, ST, MT, Febi Hadi Permana, AMD, Handy Wihartady, ST, Msc
No. Laporan  :  09. LIT. 2010         Tanggal : 24 Juni 2010        Jml. Halaman : 33

Kajian Isolator Terpolusi di Pangandaran


Laporan ini merupakan konsep laporan akhir yang menyampaikan hasil penelitian mengenai pengaruh kondisi lingkungan kawasan pesisir di bagian Selatan pulau Jawa, yaitu daerah Pangandaran, terhadap kinerja insulator pasangan luar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik insulator pasangan luar terhadap kondisi lingkungan di kawasan tersebut. Penelitian dilakukan melalui studi literatur, analisis teoritis, percobaan laboratorium dan penelitian lapangan.
Dari beberapa kajian pustaka diperoleh informasi bahwa kawasan pesisir merupakan kawasan berpolusi berat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian insulator yang terkait dengan lingkungan kawasan pesisir ini.
Penelitian dilakukan dengan pemasangan sampel insulator di kawasan pesisir, dengan mengambil sampel lokasi gardu induk PLN Pangandaran, dekat pantai laut selatan. Selanjutnya dilakukan pengukuran arus bocor insulator dalam kamar kabut tertutup rapat, serta pengujian spesimen. Sampel insulator dan spesimen ditempatkan di lapangan, kemudian diambil secara bertahap sekitar 3-4 bulan sekali, untuk dilakukan pengukuran dan pengujian di laboratorium. Pengukuran tersebut menggunakan osiloskop, sehingga bentuk gelombangnya bisa diamati dan dianalisis. Hasilnya dianalisis dengan FFT dan statistik multivariate. Sebagai dukungan data, dilakukan juga pengukuran arus bocor di lapangan.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa parameter lingkungan yang dominan mempengaruhi arus bocor adalah polutan dan kelembaban. Perbandingan impedans insulator porselen pada kelembaban tinggi (RH99%) terhadap impedans pada berkelembaban rendah (RH67%-RH70%) untuk insulator berkondisi bersih sampai dengan terpolusi, dari delapan kali pengambalian sampel berturut-turut adalah 0,39; 0,03; 0,24; 0,09; 0,09; 0,26; 0,33; 0,46; 0,36. Sedangkan perbandingan THD berturut-turut 0,54; 0,21; 0,37; 0,27; 0,30; 0.32; 0,48; 0,77; 0,64. Sudut fasa terkecil dicapai pada insulator terpolusi dari pengambilan sampel pertama, yaitu 7,2o. Sedangkan perbandingan impedans insulator epoxy resin pada kelembaban tinggi (RH99%) terhadap impedans pada berkelembaban rendah (RH67%-RH70%) untuk insulator berkondisi bersih sampai dengan terpolusi, dari delapan kali pengambalian sampel berturut-turut adalah 0,83; 0,57; 0,63; 0,68; 0,77; 0,80; 0,68; 0,85; 0,66. Sementara perbandingan THD berturut-turut 0,67; 0,66; 0,59; 0,78; 0,82; 0,56; 0,47; 0,76; 0,66. Sudut fasa terkecil dicapai pada insulator terpolusi pengambilan sampel keenam, yaitu 51,4o. Dengan demikian, berdasarkan besar perubahan arus bocor, insulator epoxy resin lebih tahan terhadap polusi dan kelembaban dibanding insulator porselen. Begitu juga berdasarkan perubahan sudut fasa arus bocor, dimana insulator epoxy resin mengalami penurunan yang lebih kecil dibanding penurunan sudut fasa arus bocor pada insulator porselen. Berdasarkan pebandingan impedans, rata-rata tingkat ketahanan insulator epoxy resin sekitar tiga kali dibanding porselen. Akan tetapi, berdasarkan uji SEM, permukaan insulator epoxy resin mengalami degradasi, dari pada porselen. Sudut kontak tetesan air pada permukaan epoxy resin mengalami penurunan yang signifikan, dari sekitar 80o pada kondisi baru bersih, menjadi praktis 0o pada tahap-tahap pengambilan akhir. Sedangkan sudut kontak tetesan air pada insulator porselen relatif konstan, berkisar 30o. Dari beberapa uji EDAX, ditunjukkan adanya unsur klor sebagai unsur dominan setelah silikon dan besi. Unsur klor ini merupakan sifat polutan pesisir atau laut. 

Penulis           : ITB,  Ir. Edy Iskanto,  Ir. Pranyoto
No. Laporan  : 06. LIT. 2010          Tanggal: 23 April 2010        Jml. Halaman : 41  

Kajian Isolator terpolusi di Kamojang

Laporan ini merupakan konsep laporan akhir yang menyampaikan hasil penelitian mengenai kinerja insulator pasangan luar di lingkungan terpolusi bahan kimiawi reaktif dengan studi kasus di daerah panas bumi Kamojang. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji kinerja insulator berbahan porselen dan epoxy resin. Penelitian dilakukan melalui studi literatur, analisis teoritis, percobaan laboratorium dan penelitian lapangan.
Dari beberapa kajian pustaka diperoleh beberapa informasi bahwa pusat listrik panas bumi dapat menghasilkan emisi zat kimia. Penelitian kinerja insulator pasangan luar dilingkungan ini belum diperoleh informasi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian insulator yang terkait  dengan lingkungan ini.
Penelitian dilakukan dengan pemasangan sampel insulator di lapangan, dengan sampel lokasi gardu induk PLN Kamojang, dekat pusat pembangkit listrik panas bumi Kamojang. Selanjutnya dilakukan dengan pengukuran arus bocor insulator dalam kamar kabut tertutup rapat, serta pengujian spesimen. Sampel insulator dan spesimen ditempatkan di lapangan, kemudian diambil secara bertahap sekitar 3-4 bulan sekali, untuk dilakukan pengukuran dan pengujian di laboratorium. Pengukuran tersebut menggunakan osiloskop, sehingga bentuk gelombangnya bisa diamati dan dianalisis. Hasilnya dianalisis dengan FFT dan statistik multivariate.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa parameter lingkungan yang dominan mempengaruhi arus bocor adalah kelembaban. Perbandingan impedans insulator porselen pada kelembaban tinggi (RH99%) terhadap impedans pada kelembaban rendah (RH67%) untuk insulator berkondisi bersih sampai dengan terpolusi, dari delapan kali pengambilan sampel berturut-turut adalah 0,39; 0,14; 0,87; 0,36; 0,14; 0,45; 0,63; 0,13; 0,15. Sedangkan perbandingan THD berturut-turut 0,54; 0,37; 0,86; 0,43; 0,50; 0,54; 0,62; 0,46; 0,67.Sudut fasa terkecil dicapai pada insulator terpolusi dari pengambilan sampel ketiga, yaitu 25,7o. Sedangkan perbandingan impedans insulator epoxy resin berkelembaban tinggi (RH99%) terhadap impedans pada berkelembaban rendah (RH67%-RH70%) untuk insulator berkondisi bersih sampai dengan terpolusi, dari delapan kali pengambilan sampel berturut-turut adalah 0,83; 0,79; 0,98; 0,95; 0,77; 0,91; 0,85; 0,82; 0,64. Sedangkan perbandingan THD berturut-turut adalah 0,67; 0,88; 0,99; 0,97; 0,80; 0,91; 0,77; 0,66; 1,08. Sudut fasa terkecil dicapai pada insulator terpolusi dari pengambilan ketiga, yaitu 57,4o. Berdasarkan perubahan arus bocor, insulator epoxy resin lebih tahan terhadap polusi dan kelembaban dibanding porselen. Perubahan sudut fasa arus bocor pada insulator epoxy resin mengalami penurunan lebih kecil dibanding sudut fasa arus pada insulator porselen. Berdasarkan perbandingan impedans insulator tersebut, rata-rata tingkat ketahanan insulator epoxy resin sebesar 2,2 kali ketahanan insulator porselen. Walaupun demikian, berdasarkan uji SEM, permukaan insulator epoxy resin mengalami degradasi, dari pada porselen. Sudut kontak tetesan air pada permukaan epoxy resin mengalami penurunan yang signifikan, dari sekitar 80o pada kondisi baru dan bersih, menjadi sekitar 30o pada tahap-tahap pengambilan akhir. Sedangkan sudut kontak tetesan air pada insulator porselen relatif konstan, berkisar 30o. Dari beberapa uji EDAX, ditunjukkan bahwa sebagai kategori tinggi unsur kimia polutan adalah silikon, besi dan aluminium, dan sebagai kategori menengah adalah belerang, kalsium, kalium, natrium dan klor. Unsur belerang merupakan karakteristik dari kawasan panas bumi.

Penulis           :  ITB,   Ir. Edi Iskanto,   Ir. Pranyoto
No. Laporan  :  07.LIT.2010           Tanggal : 23 April 2010       Jml. Halaman : 53