Kajian Isolator Terpolusi di Pangandaran


Laporan ini merupakan konsep laporan akhir yang menyampaikan hasil penelitian mengenai pengaruh kondisi lingkungan kawasan pesisir di bagian Selatan pulau Jawa, yaitu daerah Pangandaran, terhadap kinerja insulator pasangan luar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik insulator pasangan luar terhadap kondisi lingkungan di kawasan tersebut. Penelitian dilakukan melalui studi literatur, analisis teoritis, percobaan laboratorium dan penelitian lapangan.
Dari beberapa kajian pustaka diperoleh informasi bahwa kawasan pesisir merupakan kawasan berpolusi berat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian insulator yang terkait dengan lingkungan kawasan pesisir ini.
Penelitian dilakukan dengan pemasangan sampel insulator di kawasan pesisir, dengan mengambil sampel lokasi gardu induk PLN Pangandaran, dekat pantai laut selatan. Selanjutnya dilakukan pengukuran arus bocor insulator dalam kamar kabut tertutup rapat, serta pengujian spesimen. Sampel insulator dan spesimen ditempatkan di lapangan, kemudian diambil secara bertahap sekitar 3-4 bulan sekali, untuk dilakukan pengukuran dan pengujian di laboratorium. Pengukuran tersebut menggunakan osiloskop, sehingga bentuk gelombangnya bisa diamati dan dianalisis. Hasilnya dianalisis dengan FFT dan statistik multivariate. Sebagai dukungan data, dilakukan juga pengukuran arus bocor di lapangan.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa parameter lingkungan yang dominan mempengaruhi arus bocor adalah polutan dan kelembaban. Perbandingan impedans insulator porselen pada kelembaban tinggi (RH99%) terhadap impedans pada berkelembaban rendah (RH67%-RH70%) untuk insulator berkondisi bersih sampai dengan terpolusi, dari delapan kali pengambalian sampel berturut-turut adalah 0,39; 0,03; 0,24; 0,09; 0,09; 0,26; 0,33; 0,46; 0,36. Sedangkan perbandingan THD berturut-turut 0,54; 0,21; 0,37; 0,27; 0,30; 0.32; 0,48; 0,77; 0,64. Sudut fasa terkecil dicapai pada insulator terpolusi dari pengambilan sampel pertama, yaitu 7,2o. Sedangkan perbandingan impedans insulator epoxy resin pada kelembaban tinggi (RH99%) terhadap impedans pada berkelembaban rendah (RH67%-RH70%) untuk insulator berkondisi bersih sampai dengan terpolusi, dari delapan kali pengambalian sampel berturut-turut adalah 0,83; 0,57; 0,63; 0,68; 0,77; 0,80; 0,68; 0,85; 0,66. Sementara perbandingan THD berturut-turut 0,67; 0,66; 0,59; 0,78; 0,82; 0,56; 0,47; 0,76; 0,66. Sudut fasa terkecil dicapai pada insulator terpolusi pengambilan sampel keenam, yaitu 51,4o. Dengan demikian, berdasarkan besar perubahan arus bocor, insulator epoxy resin lebih tahan terhadap polusi dan kelembaban dibanding insulator porselen. Begitu juga berdasarkan perubahan sudut fasa arus bocor, dimana insulator epoxy resin mengalami penurunan yang lebih kecil dibanding penurunan sudut fasa arus bocor pada insulator porselen. Berdasarkan pebandingan impedans, rata-rata tingkat ketahanan insulator epoxy resin sekitar tiga kali dibanding porselen. Akan tetapi, berdasarkan uji SEM, permukaan insulator epoxy resin mengalami degradasi, dari pada porselen. Sudut kontak tetesan air pada permukaan epoxy resin mengalami penurunan yang signifikan, dari sekitar 80o pada kondisi baru bersih, menjadi praktis 0o pada tahap-tahap pengambilan akhir. Sedangkan sudut kontak tetesan air pada insulator porselen relatif konstan, berkisar 30o. Dari beberapa uji EDAX, ditunjukkan adanya unsur klor sebagai unsur dominan setelah silikon dan besi. Unsur klor ini merupakan sifat polutan pesisir atau laut. 

Penulis           : ITB,  Ir. Edy Iskanto,  Ir. Pranyoto
No. Laporan  : 06. LIT. 2010          Tanggal: 23 April 2010        Jml. Halaman : 41